Thursday, November 27, 2008

Keutamaan Sya'ban dan Bid'ah Nisyfu Sya'ban

Ketika Nabi melihat perhatian manusia terhadap bulan Rajab pada jaman jahiliyah, mereka sangat mengagungkakn dan melebihkan atas seluruh bulan, dan ketika beliau melihat kaum muslimin berambisi untuk mengagungkan bulan Al-Quran (Ramadhan), maka beliau berkeinginan untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan bulan-bulan dan hari-hari yang lain.

Dari Usamah bin Zaid, bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi S.A.W, seraya berkata: “Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihat anda berpuasa pada sebuah bulan dari bulan-bulan seperti puasa anda pada bulan Sya’ban.” Maka beliau S.A.W bersabda:
(Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia, bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadhan, itu adalah bulan yang di dalamnya amal-amal diangkat kepada rabbul ‘alamin, dan aku suka jika amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa.” (Sunan an-Nasa’I (8/59), dihasankan oleh al-Albani, Silsilah as-Shalihah (1898))

Pertanyaan Usamah menunjukkan tingginya perhatian para sahabat yang mulia. Serta teguhnya mereka dalam memegang sunnah Nabi.

Prakteknya, Nabi S.A.W berpuasa penuh dalam bulan Sya’ban kecuali sedikit sekali tidaknya, sebagaimana dikabarkan oleh Aisyah dalam hadits yang telah disepakati keshahihannya.

Maka pasti ada sebuah perkara penting di balik pengkhususan puasa pada semisal bulan ini. Inilah yang diperingatkan oleh Nabi S.A.W dengan sabda beliau:”Itu adalah sebuah bulan yang di dalamnya amal-amal diangkat kepada Allah”

Jadi, amal-amal para hamba diangkat pada bulan ini dari setiap tahun, dan dilaporkan pada hari senin dan kamis setiap pekannya. Maka Nabi S.A.W suka jika amalnya diangkat kepada rabbul ‘alamin sementara beliau dalam keadaan puasa. Karena puasa adalah termasuk bagian dari kesabaran.

Allah berfirman yang artinya: ”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar:10)
Bulan Sya’ban adalah sebuah bulan agung yang diagungkan oleh Rasulullah S.A.W maka selayaknyalah bagi kita untuk mengagungkannya dengan memperbanyak ibadah, dan istighfar secara sempurna sebagaimana telah shahih dari Nabi S.A.W dalam masalah tersebut.

Hadits Lemah dan Bid’ah Sya’ban
Di bulan yang agung ini banyak keyakinana dan amalan yang salah, disebabkan oleh kebodohan dan tersebarnya hadits palsu. Diantaranya:

1. Kebid’ahan shalat Alfiyah
Ini termasuk perkara baru dan bid’ah pada malam Nishfu Sya’ban. Yaitu shalat 100 rakaat secara berjamaah, di dalamnya imam membaca surat AL-Ikhlash sebayak 10 kali pada setiap rakaat. Tidak ada hadits yang benar tentang shalat ini. Hadits-hadits yang menerangkannya adalah hadits palsu, yang didustakan atas nama Rasulullah S.A.W. Maka berhati-hatilah dari kebid’ahan dan kesesatan.


2. Pengkhususan malam nishfu Sya’ban dengan shalat, dan di siangnya dengan puasa
Berdasarkan Hadits yang artinya: ”Jika berada pada malam nishfu Sya’ban maka berdiri (shalat)lah kalian di malamnya, dan berpuasalah pada siang harinya...” (Hadits palsu, Silsilah ad-Dha’ifah (2132)) Hadits ini tidak ada asalnya, maka berhati-hatilah.

3. Shalat 6 rakaat pada malam nishfu Sya’ban dengan niat menolak bala’, memperpanjang umur, dan mendapat pujian dari manusia. Serta membaca surat Yasin dan berdoa.
Itu semua adalah bid’ah dan perkara baru yang menyelisihi petunjuk Nabi S.A.W, dan menyalahi praktek para sahabat dan ulama ahli hadits.
Para ulama telah berkata bahwa dibenci kumpul-kumpul dalam rangka menghidupkan (meramaikan, merayakan) malam-malam tersebut di dalam masjid-masjid atau selainnya.
Imam Nawawi berkata: ”Shalat Rajab-yakni shalat Raghaib dan shalat Sya’ban adalah dua bid’ah munkar dan buruk.”
Maka atas dasar inilah, wajib bagi kita beribadah pad Allah sesuai yang disyariatkan di dalam kitab-Nya atau dengan apa yang telah datang di dalam sunnah Nabi-Nya S.A.W serta Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk setelah beliau S.A.W.

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to: Post Comments (Atom)